OPINI : Pentingnya Menjaga Hutan Mangrove di Pesisir Utara Subang
Penulis : CECE RAHMAN
(Pengendali Lingkungan Ahli Muda
DLH Subang)
HARI MANGROVE SEDUNIA 2025.
Peringatan hari mangrove sedunia yang jatuh pada setiap tanggal 26 Juli setiap tahunnya menjadi ajang seremonial diberbagai daerah dan pemerintahan.
Di tahun 2025 ini hendaknya para pemangku kebijakan dalam hal ini Pemerintah dari level Nasional sampai ke Daerah harus dapat mengetahui dan paham pentingnya dalam perlindungan dan pelestarian ekosistem mangrove.
Dengan berbagai kegiatan dibeberapa kementerian yang berwenang dalam aksi nyata untuk pemulihan lingkungan dan ekosistem mangrove, seperti Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Perumahan dan Kawasan Pemukiman, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup/BPLH, Kementerian Agraria/BPN, Kementerian Pertanian, Kementerian Koperasi, Kementerian Desa dan PDT, Kementerian Perdagangan, Kementeriian Perhubungan bisa bersinergi dalam upaya pemulihan ekosistem mangrove diwilayah
Kabupaten Subang.
Ada empat kecamatan yang berada dan langsung berbatasan dengan laut jawa, seperti Kecamatan Pusakanagara, Kecamatan Legonkulon, Kecamatan Sukasari dan Kecamatan Blanakan. Di keempat wilayah kecamatan tersebut terdapat muara daerah aliran sungai, seperti muara DAS Cilamaya, muara DAS Ciasem, Muara DAS Cipunagara yang kesemuanya merupakan kekayaan alam Subang yang luar biasa.
Dan yang paling penting di wilayah pesisir itu kita dapat mengetahui keanekaragaman hayati yang paling besar manfaatnya bagi kelestarian alam/lingkungan. Mulai dari biota air sungai dan biota laut dan jenis tanaman yang memiliki peran penting dalam keseimbangan alam wilayah pesisir laut.
Mangrove di wilayah pesisir pantai utara Kabupaten Subang memiliki beragam jenis spesies dan ada yang sudah menjadi laboratorium riset dari beberapa perguruan tinggi. Sepengetahuan saya bahwa pohon mangrove yang ada sekira 15 jenis spesies baik yang hidup diperairan maupun darat dan ini lumayan banyak dan dapat dilestarikan dengan melakukan pembibitan berbagai jenis pohon mangrove dan metode penanaman menyesuaikan dengan kondisi lahan yang ada.
Pemetaan wilayah pesisir akan menjadi prioritas awal kegiatan yang dilakukan agar memahami utuh kondisi nyatanya dilapangan sehingga dalam mengembangkan wilayah dan potensi yang ada dapat sinergis dengan berbagai pihak dan urusan serta kewenangan.
Sumber daya alam tertata rapih dan warga yang hidup di wilayah pesisir pantai utara juga sejahtera. Berbagai aktivitas sosial, ekonomi dan budaya akan terus menggelora manakala kesempatan luas diberikan dengan fasilitas umum dan dasilitas sosial yang memadai oleh pemerintah dan swasta, sebagai ruang publik yang terus terpelihara akan menciptakan budaya dan perilaku warga pantura yang selama ini terkesan kumuh dan kotor akan terhapus dan tetap walaupun di iklim panas dan cukup padat pemukimannya tapi ada fasum dan fasos yang memadai dapat menjadi gairah baru warga dalam berinteraksi sosial yang baik dan dekat dengan alam, suasana inilah yang dirindukan warga pesisir.
Begitupun dengan kehidupan nelayan, kenapa ekosistem mangrove menjadi penting karena dengan upaya pemulihan bukan hanya sekedar menanam mangrove saja, terapi berbagai bidang kehidupan di wilayah pesisir juga diurus dan diperhatikan.
Mangrove selain sebagai simbul dalam pencegahan perubahan iklim juga wujud dari tegaknya perlindungan dari air, tanah dan udara. Manfaat dari pohon mangrove juga selain bagus untuk biota air/laut juga sebagai penghasil karbon tertinggi diantara jenis pohon lainnya yang bisa hidup baik di daratan maupun perairan.
Peringatan hari mangrove sedunia harus menjadi momentum merefleksikan diri dalam menata dan peduli terhadap alam di wilayah pesisir laut dan melakukan aksi nyata dalam pemulihan dengan menanam mangrove juga mensosialisasikan pentingnya menanam dan memelihara mangrove juga mensejahterakan warga yang hidup di wilayah pesisir pantai utara.
Aksi nyata dari berbagai pihak bisa di wujudkan dalam bentuk kebijakan dan aturan yang dibuat oleh pemerintah dengan jelas ada keberpihakan terhadap alam dan warga, aksi nyata warga dan pemerintah melakukan pemeliharaan sarana baik fisik maupun non fisik dengan berbagai kegiatan seperti penyuluhan, kebersihan lingkungan, penanaman pohon, penyelamatan warga yang kurang mampu secara ekonomi dan budaya.
Berbagai aksi nyata dari berbagai pihak yang menguatkan warga dan alam di wilayah pesisir sehingga bisa meminimalkan bencana yang terjadi, baik bencana alam maupun bencana sosial. Dengan demikian penting adanya Kolaborasi yang nyata dari berbagai pihak dan pemberdayaan masyarakat dalam setiap program kegiatan(*)