Ratusan Kyai dan Tokoh Jabar Akan Kumpul di Ciater Bahas Polemik Isu Otonomi Khusus Jakarta dan Segitiga Rebana
XPOSNEWS SUBANG – Sejumlah tema utama Bahtsul Masail Kubro akan dibahas oleh LBM PWNU Jawa Barat, bekerjasama dengan Lembaga Adat Karatwan (LAK) Galuh Pakuan.
Yang utama, yaitu membahas isu otonomi khusus kota Jakarta setelah Ibu Kota Negara Nusantara pindah ke Kalimantan, dan poros maritim berbasis industri di Jawa Barat, atas dibangunannya Segitiga Rebana yang harus menjadi fokus perhatian dari para Kiai dan Tokoh Adat se-Jawa Barat.
Sebagai persiapan, LBM PWNU Jawa Barat dan Lembaga Adat Karatwan (LAK) Galuh Pakuan, menggelar rapat teknis pelaksanaan Bahtsul Masail Kubro di Dayang Sumbi Sari Ater Subang, Minggu (21/4/2024) malam.
Ketua LBM PWNU Jabar KH. Jejen Zainal Mufid mengatakan, rapat perdana Bahtsul Masail bareng Raja Galuh Pakuan Rahyang Mandalajati Evi Silviadi SB bersama sejumlah kiai sepakat mengangkat tema-tema tersebut.
Karena menurut Ketua LBM PWNU, dampak dari kedua isu tersebut, akan memberikan dampak positif dan negatif terhadap berbagai sektor ekonomi sosial, agama dan budaya (ekosopolbud) terhadap masyarakat Jawa Barat. Terlebih pemanfaatan Pelabuhan Patimban akan menjadi poros maritim berbasis industri, yang tentunya dampak limbah dan polusi udara dampak dari kawasan industri yang besar-besar akan menjadi ancaman terhadap lingkungan dan kehidupan bagi masyarakat Jawa Barat.
“Intinya kita semua berkumpulnya ratusan Kiai dan Ketua Adat di Bahtsul Masail Kubro yang akan digelar di Sariater Subang Selasa 22 Mei sampai dengan Rabu 23 Mei 2024. Sebanyak 100 Kiai se-Jawa Barat, para Kiai sepuh, para tokoh Jawa Barat, Ketua Adat, juga perwakilan daerah se-Jawa Barat, para ahli, serta unsur pemerintahan andil dalam agenda besar tersebut,” kata Kyai Jejen.
“Dalam acara Bahtsul Masail Raja Galuh Pakuan nanti, para Kiai se-Jawa Barat akan mengeluarkan fatwa tentang dampak otonomi khusus DKI Jakarta dan dampak dari poros maritim berbasis industri di kawasan Segitiga rebana yang menghabiskan lahan 30 ribu hektar, yang akan berdampak terhadap ketahanan pangan di Jawa Barat dan Nasional, juga yang akan berpengaruh terhadap sosial agama dan budaya. Jangan sampai budaya di Sunda tergerus begitupun akidah masyarakat Jawa Barat ikut tergerus,” tegas pengasuh Ponpes Nurul Anwar Mubtadiin Wera di Subang, Minggu (21/4/2024).
Lebih lanjut Zainal Mufid menyatakan, pada acara Mahtsul Masail Raja Galuh Pakuan nanti, seluruh Kiai dan Ketua Adat se-Jawa Barat, harus sepakat menjaga seni dan budaya, adat istiadat dan juga agama dari pengaruh perkembangan sosial akibat adanya segita rebana nanti.
“Kita, para Kiai dan Ketua Adat se-Jawa Barat, sama-sama menyamakan persepsi, dan menjaga senibdan budaya serta keteguhan agama dari warga Jawa Barat,” terangnya.
Ia juga menyampaikan terima kasih kepada Raja LAK Galuh Pakuan Rahyang Mandalajati Evi Silviadi Sanggabuana, yang telah menginisiasi, sekaligus memfasilitasi acara Bahtsul Masail ini, sehingga mata hati dan batin para Kiai dan Ketua Adat se-Jawa Barat terbuka, yang sebelumnya tidak terpikiran sampai kearah sana.
“Terima kasih saya sampaikan kepada Raja LAK Galuh Pakuan, yang sudah mmebuka mata hati kami semua, sehingga kami faham apa yang harus kami lakukan dan kami antisipasi, agar tidak merusaka tatanan Ki Sunda dan generasinya nanti,” tutur Zainal Mufid.
Dia juga menyampaikan pesan kepada seluruh elemen masyarakat Jawa Batat, untuk bersama-sama mengontrol pemerintah, dalam pengembangan industri di wilayah segitiga rebana, agar tidak merugikan masyarakat.
“Ayo kita bersama-sama melakukan kontrol terhadap pemerintah, dalam pemgembangan industri di segitiga rebana nanti, agar tidak merugikan kita masyarakat Jawa Barat, karena tidak cukup oleh kami para Kiai dan juga para tokoh Adat, tetapi peran masyarakat Jawa Barat yang kritis terhadap kepentingan masyarakat umum, khususnya masyarakat Jawa Barat,” tandasnya.(Ahya Nurdin)