Gelar Konferensi Bilateral Energi Terbarukan, Galuh Pakuan Bawa Investasi Besar ke Subang, Melalui Diplomasi Budaya.


XPOSNEWS SUBANG – – Lembaga Adat Karatwan (LAK) Galuh Pakuan menggelar acara bertajuk Konferensi Bilateral Energi Terbarukan: Pengenalan dan Percepatan Investasi di Kabupaten Subang yang berlangsung di Aula Pemda Subang, Sabtu (3/5/2025).
Acara ini merupakan inisiatif strategis Galuh Pakuan dalam rangka pengembangan sumber daya manusia (SDM) serta percepatan investasi di sektor energi terbarukan dan kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) di wilayah Kabupaten Subang.
“Melalui lembaga adat dan kebudayaan, hari ini kami berhasil menghadirkan para investor besar, akademisi, dan pakar industri dalam upaya mendorong kemajuan sektor industri dan ekonomi masyarakat Subang. Ini adalah langkah konkret dari kami sebagai lembaga budaya untuk turut serta membangun peradaban,” ujar Raja Galuh Pakuan, Rahyang Mandalajati Evi Silviadi SB dalam sambutannya.
Konferensi ini menghadirkan Prof. Ching Chuen Chan, maestro kendaraan listrik dunia, serta 50 investor raksasa asal Tiongkok yang memiliki fokus pada pengembangan energi hijau dan teknologi EV. Selain itu, hadir pula sejumlah akademisi dan pakar energi terbarukan dari berbagai institusi ternama.
Salah satu momen simbolis dalam acara tersebut adalah penyerahan wayang Yudhistira kepada Prof. C C Chan, sebagai lambang diplomasi budaya antara Galuh Pakuan dan mitra internasional.
“Penyerahan ini melambangkan bahwa melalui budaya, kita mampu menjalin diplomasi dan menghadirkan solusi konkret demi peningkatan taraf hidup masyarakat Sunda melalui sektor industri energi terbarukan. Galuh Pakuan bukan hanya simbol budaya, tetapi kami hadir nyata untuk masyarakat,” ujar Kang Evi, sapaan akrab Raja Galuh Pakuan.
Kehadiran Profesor Chan di Indonesia membawa misi penting sebagai penghubung kerja sama antara Tiongkok dan Indonesia dalam pengembangan sumber daya manusia dan industri energi terbarukan, khususnya kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) di wilayah Kabupaten Subang.
BACA JUGA:
Dalam paparannya, Profesor Chan menjelaskan ketertarikannya terhadap kendaraan listrik berawal dari kesadaran bahwa bahan bakar fosil tidak dapat bertahan lama.
“Motor listrik sudah ada sejak abad ke-19 dari penemuan Michael Faraday. Jadi sebenarnya kendaraan listrik itu lebih dulu ada daripada mesin pembakaran dalam (ICE),” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa kendaraan konvensional tidak hanya tidak berkelanjutan, tetapi juga merusak lingkungan.
“Kendaraan konvensional memang memudahkan mobilitas, tetapi menghasilkan polusi. Kendaraan listrik justru menawarkan solusi yang bersih, menggunakan energi terbarukan yang ramah lingkungan. Ini bukan soal hari ini saja, tapi juga untuk generasi masa depan,” katanya.
Profesor Chan menyambut baik inisiatif Galuh Pakuan yang dianggapnya dapat membantu Indonesia lepas dari ketergantungan terhadap bahan bakar minyak.
Ia juga menyarankan agar Indonesia mengikuti langkah Tiongkok dalam mengembangkan energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin.
Dalam kesempatan tersebut, ia turut menyoroti potensi besar Indonesia dalam produksi baterai listrik berkat melimpahnya cadangan nikel.
“Pemerintah harus mendukung riset di universitas-universitas agar bisa mengolah nikel menjadi baterai listrik berkualitas tinggi, dan membuktikan kepada dunia bahwa Indonesia bisa menjadi pemain utama,” tegasnya.
Menutup pernyataannya, Profesor Chan mengajak seluruh elemen bangsa untuk mendukung generasi muda dalam pengembangan industri energi terbarukan.
“Generasi muda adalah masa depan. Kita harus dukung mereka melalui teknologi, kebijakan, dan infrastruktur agar Indonesia bisa menjadi negara maju yang ramah lingkungan berkat energi terbarukan,” pungkasnya.(Ahya Nurdin)